Tak Surut Meski Corona Mengancam (Sebuah Puisi Esai)

By Admin


Oleh: Swary Utami Dewi


Sembari memikul dagangannya ia lewat.

Sebut saja, Joko namanya.

Katanya ia dari Jawa Tengah.

Katanya lagi ia sudah beberapa tahun berjualan cuanki di Jakarta.

Tanpa keluh, ia pikul dengan kayu dua kotak kecil dagangannya.


Adapula yang lain.

Sebut saja Bambang.

Juga berasal dari daerah nun jauh di sana. 

Ia juga tiap hari mendorong gerobaknya tanpa lelah.

Dari pagi ia berkeliling, hingga semua baksonya laku terjual.


Juga ada Mbak Jamu yang masih setia menggendong bakul jamu (1).

Menawarkan ramuan empon-empon tradisional.

Biar sehat selalu, ujarnya tersenyum, sembari menuangkan jamu ke gelas.


Corona, ah Corona.

Wabah Covid19 ternyata tidak mampu menghentikan langkah mereka (2).

Masih setiap hari menjajakan dagangan.

Masih berpeluh keringat hari ke hari.

Masih berdiri tegak berjalan menantang matahari.

Masih terus melangkah meski hujan besar melanda.


Corona, ah Corona.

Siapa bilang karena Corona mereka tidak khawatir.

Siapa bilang mereka tidak takut.

Siapa bilang mereka tidak was-was dengan ancaman Corona.


Tapi apa daya.

Mereka tidak bisa dan tidak mungkin hanya diam di rumah petaknya.

Takut akan Corona tidak mungkin membuat urusan perut terabaikan.


Dengarlah ucapan Abang Mie Dokdok di Sempur, Bogor.

Yang senyumnya ramah saat melayani.

Kalau tidak jualan, tidak ada bekal buat hidup.

Berasal dari Tegal, ia kedatangan anak istri yang berkunjung.

Karena Corona makin menggila, keluargapun sementara tidak bisa pulang ke Tegal (3).

Mereka tetap perlu makan, Abang berujar termangu.


Dengarlah pula kata si Penjual Cuanki. 

Dengarlah pula kata si Mbak Jamu.

Dengarlah pula kata si Pedagang Bakso.

Satu senada beralasan: tidak berjualan, maka tidak hidup.

Takutkah mereka akan Corona? 

Tentu!!! Jawab semua.


NAMUN...

Mereka tidak punya pilihan.

Mereka tidak punya sandaran hidup lain selain tetap melangkah berani, meski kuku-kuku tajam si Corona siap menerkam kapanpun (4).


Corona, ah Corona.

Dan putaran perjuangan hiduppun masih terus berjalan.

Waktu ke waktu.


9 April 2020


Catatan Kaki


(1) Tulisan Tami di FB mengenai seorang Mbak Jamu yang masih rajin berjualan di sela-sela Pandemi Covid19.

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10207517518933781&id=1763425287


(2) Tulisan tentang pedagang kecil yang sulit penuhi kebutuhan saat Corona.

https://www.inibaru.id/hits/pengakuan-pedagang-kecil-sulit-penuhi-kebutuhan-saat-wabah-corona-pasrah-hingga-banting-setir


(3) Berita tentang lockdown oleh Walikota Tegal.

https://m.detik.com/news/berita-jawa-tengah/d-4950303/walkot-tegal-terapkan-local-lockdown-sejumlah-jalan-ditutup


(4) Postingan di FB, 

wawancara suatu stasiun TV mengenai migran yang mencari makan di kota, yang intinya pemerintah harus memperhatikan soal perut rakyat.

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=131282181797697&id=102556101336972